Monday, September 3, 2018

Eurotrip 2018

Awal merencanakan liburan ini, tidak ada plan untuk pergi ke negara eropa. Awalnya mau ke jepang saja, karena relatif dekat, dan Jepang selalu menyenangkan untuk dijelajahi, tapi kemudian berubah arah ke Eropa karena visa schengen saya masih berlaku. Tahun lalu ketika ke Eropa (mungkin akan saya bahas di post lainnya mengenai perjalanan saya ke eropa timur), saya mendapatkan visa schengen dengan durasi 1 tahun dengan tipe multiple visit maksimal 90 hari. Karena visa masih berlaku, jadi sudah tidak ribet lagi untuk urus urus dokumen pembuatan visa, dan untuk tiket pesawat juga tidak bingung karena pakai jatah konsesi dari kantor yang tidak mengeluarkan biaya sama sekali. Total sudah menggunakan jatah kantor 4 kali pesawat jarak jauh. Sekali tiket pulang-pergi jepang (Tokyo Haneda) di tahun 2015. Lalu tiga kali tiket pulang pergi eropa (CGK-AMS) di tahun 2016, 2017, dan 2018. Semoga kantor saya ini tetap memberikan fasilitas ini seterusnya.

Begitu pengurusan dokumen visa suami sudah beres dan visa schengennya sudah keluar, maka langsung issue tiket Jakarta-Amsterdam-Jakarta. Persiapan untuk perjalanan ini tidak dari jauh-jauh hari, mungkin hanya sebulan sebelum berangkat segala persiapan mulai dari urus visa, pesan tiket transportasi antar negara, book hotel, beli tiket untuk tempat wisata, dan riset mengenai perjalanan ini dari mata uang, cuaca, transportasi dalam kota, makanan, dan lainnya. Termasuk sangat kilat, mungkin karena sudah punya pengalaman jadi nggak buta-buta amat untuk liburan kali ini. Alangkah baiknya jika akan bepergian dengan jarak jauh ke negara yang memerlukan visa, dipersiapkan paling tidak 3 bulan sebelumnya.

Setelah dilakukan diskusi diputuskan kami akan mendatangi 4 kota selama 11 hari perjalanan. Kota tersebut adalah Madrid (Spanyol), Zurich (Swiss), Paris (Perancis), dan Amsterdam (Belanda).

Perjalanan dimulai dari Jakarta, lalu terbang 2 jam ke Singapore untuk transit selama 1 jam. Setelah itu pesawat terbang lagi selama 13 jam perjalanan menuju Amsterdam. Pagi hari jam 7 sesampainya di Amsterdam, setelah melewati imigrasi kedatangan dan mengambil bagasi kami mengejar penerbangan lagi ke kota Madrid selama 2 jam penerbangan. Kami akan menginap selama 3 hari di kota Madrid. Beberapa tempat wisata yang saya kunjungi adalah El Escorial, Mayor Place, El Retiro Park, Temple of Debod, Madrid Royal Palace, dan highlight suami adalah Stadion Santiago Bernabeu. Yeps kami menonton salah satu pertandingan tim Real Madrid di Stadion Santiago Bernabeu.


Plaza Mayor


Stadion Santiago Bernabeu


 El Escorial

Setelah Madrid, kota yang kami kunjungi adalah Zurich. Dari Madrid ke Zurich ditempuh dengan pesawat. Sebenarnya kalau mau hemat bisa ditempuh dengan bus atau kereta, tetapi karena waktu liburan kami terbatas dan tidak ingin menghabiskan waktu dijalan maka transportasi udara yang dipilih. Swiss memang sangat indah, setiap pemandangan yang terhampar di depan mata sangat cantik. Zurich kota yang cukup mahal, sekali makan yang biasa saja di resto/kedai bisa menghabiskan 12-18 CHF (sekitar 200ribuan rupiah sekali makan). Untuk mata uangnya, berbeda dengan negara uni eropa lain yang menggunakan euro, disini menggunakan Franc swiss. Akan lebih mudah mengambil uang langsung dengan tarik ATM, gunakan saja ATM yang berlogo master/visa maka uang yang diambil langsung berupa Franc swiss sesuai kurs yang berlaku (dengan fee beberapa persen) walaupun uang direkening bank kita adalah rupiah. Dari pengalaman, lebih baik tarik tunai langsung daripada menukarkan uang di money changer disana, karena agak susah mencari money changer yang kurs nya bagus.


Pemandangan dari cable car untuk naik ke Mount Titlis



Kota Lucerne, kota yang cantik

Engelberg adalah salah satu meeting point untuk naik ke atas Mount Titlis, perjalanan cable car dimulai dari sini

Perjalanan menuju Lucerne

Menuju Engelberg


Di Zurich kami berwisata ke Mount Titlis. Salah satu gunung dari pegunungan Alpen dengan tinggi 3000 meter. Wisata ini adalah highlight kami selama di swiss. Kami memesan tur untuk wisata ini dan sudah include semua dari Zurich ke puncak Titlis hingga perjalanan kembali lagi ke Zurich (biaya sekitar 150 CHF per orang atau 2,2jutaan rupiah). Untuk ke Mt. Titlis dari Zurich bisa ditempuh dengan kereta dengan rute Zurich-Lucerne-Engelberg lalu naik cable car ke atas Mt. Titlis. Tapi, karena alasan kepraktisan kami memilih tur dengan bus. Setelah dihitung juga selisih harga tidak terlalu jauh dengan kami menaiki kereta. Yes, swiss memang mahal tapi pengalaman ini juga tidak ternilai. Kami sudah terbang jauh puluh ribuan kilo dari jakarta hingga ke swiss, sayang kalau tidak mencoba naik ke gunung bersalju ini. Sistem transportasi di Zurich agak rumit menurut saya, karena terbagi kedalam banyak sekali zona dan tarif juga berbeda antar zona. Agak lama bagi kami untuk memahami sistem transportasi umum di kota Zurich. Tapi setelah dibaca dan dipahami akhirnya kami mengerti juga sistem transportasi di kota ini. Perjalanan seperti ini membuat kami berdua belajar hal baru setiap hari. We learn something new everyday. Sistem transportasi, cara membeli tiket, budaya setiap tempat. Setiap negara punya aturan untuk sistem tranportasi yang berbeda-beda. Di Zurich misalnya, kita tidak perlu menunjukkan tiket transport ketika akan menaiki tram. Jadi disini berdasarkan asas kejujuran untuk menaiki transportasi umum. Berbeda dengan Madrid dan Amsterdam, untuk menaiki metro harus punya kartu (kalau di indo seperti emoney/flazz,tapcash) untuk tap in-out ke alat yang ada di dalam tram atau di stasiun kereta sebelum masuk metro. Ketika di Paris, perlu tiket berbentuk kertas kecil untuk masuk metro, di dalam kota Paris jauh dekat harga transportasi rata 1,9 euro sekali jalan tapi akan lebih murah jika membeli kartu tourist paris visite jika sering berpergian dalam satu hari tergantung kebutuhan.


The Amazing Rhine Falls

Uetliberg, dataran tinggi di kota Zurich


Kami juga pergi ke Rhine Falls, air terjun terbesar di eropa. Dari Zurich, Rhine Falls ini berjarak 1 jam perjalanan dengan kereta metro dari Zurich. Kemudian kami juga ke Uetliberg, dataran tinggi swiss. Gunung ini hanya berjarak setengah jam perjalanan dengan kereta dari pusat kota Zurich. Dari atas Uetliberg bisa dilihat kota Zurich secara keseluruhan. 

Hari terakhir di Zurich sebelum melanjutkan perjalanan ke Paris dengan kereta, kami berkeliling kota Zurich untuk melihat kota dan membeli beberapa souvenir kecil. Perjalanan kami lanjutkan ke kota Paris, dengan kereta dapat ditempuh sekitar 4 jam perjalanan. Kami berangkat pada siang hari dan sore hari sudah sampai di kota Paris. 2 hari di Paris kami hanya berkeliling kota dan mengunjung tempat yang mainstream untuk turis seperti Eiffel Tower, Arc de Triomphe, the Louvre, dan menyusuri perjalanan di sisi Sungai Seine. Walaupun kotanya kumuh, banyak pengemis, dan homeless yang tidur di stasiun, Paris adalah kota yang indah dengan arsitekturnya yang cantik. Bulan Agustus seharusnya masih masuk musim panas, tetapi di Paris ini cuacanya cukup dingin dengan angin yang bertiup kencang.





Perjalanan kami selanjutnya adalah kota Amsterdam, kota ini selalu jadi kota akhir untuk stay karena penerbangan kembali ke Jakarta dari sini. Di Amsterdam juga hanya berkeliling kota, membeli coklat dan souvenir untuk dibawa ke Indonesia. Amsterdam adalah kota yang paling dingin diantara kota lainnya selama liburan kami ini. Long john dan jaket tebal selalu kami gunakan di kota ini. Hujan juga mengguyur kota ini selama 2 hari kami disini.

Amsterdam Sloterdijk Station


 The mainstream Iamsterdam sign at Rijkmuseum

Liburan panjang seperti ini akan saya usahakan rutin paling tidak satu tahun sekali. Tujuannya agar tetap happy dan punya pengalaman yang terus bertambah. Kenapa keluar negeri melulu? Ah enggak juga, ini karena mumpung aja. Ada biaya, ada waktu (boleh cuti), ada tiket free, ada tenaga, ada partner liburan, kenapa tidak direalisasikan :)

Love, Bira




No comments:

Post a Comment